Saat ini, serial anime di Indonesia bukanlah suatu hal yang asing. Dimulai dari jaman Dragon Ball, Doraemon, Saint Seiya, atau yang lebih tua: Astroboy, anime menjadi pilihan hiburan yang menghipnotis jutaan penduduk Indonesia.
Namun, dengan kemajuan internet dan terbatasnya ruang siar di televisi nasional, penonton anime kini banyak yang bergeser dari layar televisi menuju komputer/internet, baik itu streaming dari channel penyedia anime yang resmi maupun mengunduh secara bajakan. Dan anime yang bertahan di televisi nasional hanyalah judul-judul populer seperti Naruto, Doraemon atau One Piece (sesekali). Padahal, ada banyak anime dari genre lain yang cukup menghibur namun sarat akan pelajaran moral (jika hal itu yang menjadi masalah bagi Komisi Penyiaran terkait penayangan 'anime'). Ya, salah satunya adalah Barakamon.
Namun, dengan kemajuan internet dan terbatasnya ruang siar di televisi nasional, penonton anime kini banyak yang bergeser dari layar televisi menuju komputer/internet, baik itu streaming dari channel penyedia anime yang resmi maupun mengunduh secara bajakan. Dan anime yang bertahan di televisi nasional hanyalah judul-judul populer seperti Naruto, Doraemon atau One Piece (sesekali). Padahal, ada banyak anime dari genre lain yang cukup menghibur namun sarat akan pelajaran moral (jika hal itu yang menjadi masalah bagi Komisi Penyiaran terkait penayangan 'anime'). Ya, salah satunya adalah Barakamon.
Barakamon, diadaptasi dari manga berjudul sama oleh mangaka Satsuki Yoshiro, dan diproduseri oleh Masaki Tachibana dibawah bendera studio Kinema Citrus, menceritakan Seishū Handa, seorang penulis kaligrafi khas Jepang yang terpaksa pindah ke sebuah desa pinggir laut setelah menonjok wajah direktur galeri seni yang mengkritik hasil kaligrafinya.
Di desa ini, Seishū atau yang kemudian akrab dipanggil 'Sensei' oleh penduduk desa, bertemu dengan Naru, seorang anak nakal yang sering menyelinap masuk ke rumah yang ia tempati. Dan tidak hanya Naru, dua orang siswi SMP dan seorang siswa SMA pemalas sering ikut 'menyusahkan' Handa yang sebenarnya ingin menyelesaikan karya kaligrafi baru.
Namun, gangguan-gangguan tersebut justru membuat Handa berubah dan memikirkan bagaimana berbedanya kehidupan yang ia jalani selama ini.
Namun, gangguan-gangguan tersebut justru membuat Handa berubah dan memikirkan bagaimana berbedanya kehidupan yang ia jalani selama ini.
Dari sini, cerita berkembang dari karakter 'Sensei' yang pemarah, selalu memikirkan diri sendiri, dan obsesif pada kemenangan menjadi seseorang yang lebih menghargai kehidupan.
Berbicara mengenai plotnya yang sederhana, mungkin orang-orang akan melewatkan anime satu ini. Tapi saya katakan dan sarankan, tontonlah.
Barakamon bukan hiburan komedi/slice of life yang sekedar menonjolkan kekonyolan, melainkan sebuah show yang sangat apik dengan pelajaran mendalam di setiap episodenya. Barakamon menunjukkan bahwa kebahagiaan sebenarnya ada dalam kesederhanaan. Saya bisa melihat diri saya sendiri pada Seishū Handa sebagai tokoh utama yang pemarah dan selalu mementingkan diri sendiri, dan perkembangan karakternya di setiap episode membawa hikmah tersendiri bagi saya agar tidak selalu melihat ke atas untuk mencari kesempurnaan.
Barakamon bukan hiburan komedi/slice of life yang sekedar menonjolkan kekonyolan, melainkan sebuah show yang sangat apik dengan pelajaran mendalam di setiap episodenya. Barakamon menunjukkan bahwa kebahagiaan sebenarnya ada dalam kesederhanaan. Saya bisa melihat diri saya sendiri pada Seishū Handa sebagai tokoh utama yang pemarah dan selalu mementingkan diri sendiri, dan perkembangan karakternya di setiap episode membawa hikmah tersendiri bagi saya agar tidak selalu melihat ke atas untuk mencari kesempurnaan.
Barakamon juga tidak terlalu mengada-ada, artinya, adegan-adegannya tidak terlalu klise maupun dramatis. Saya sangat menyarankan anime ini bagi orang-orang yang merasa sulit untuk merasa bahagia akibat tuntutan hidup, terutama bagi mereka yang separuh waktunya habis untuk bekerja.
Juga saya pribadi sangat menyarankan bagi televisi swasta nasional untuk mulai melirik anime-anime semacam ini agar tampil di kanalnya pada jam-jam yang strategis, agar semakin banyak orang yang tahu bahwa anime bukan hanya soal pukul-pukulan, kekuatan ninja atau bahkan hentai.
Juga saya pribadi sangat menyarankan bagi televisi swasta nasional untuk mulai melirik anime-anime semacam ini agar tampil di kanalnya pada jam-jam yang strategis, agar semakin banyak orang yang tahu bahwa anime bukan hanya soal pukul-pukulan, kekuatan ninja atau bahkan hentai.
Barakamon: 9/10
No comments:
Post a Comment