Friday, 25 January 2019

Isekai lagi, isekai lagi!



Isekai merupakan salah satu genre anime yang ramai dalam sepuluh tahun terakhir. Isekai adalah genre anime yang menceritakan tokoh-tokohnya  berpindah ke dunia lain, seperti game, dunia fantasi, dunia hantu, dan sebagainya. Sejarah isekai sendiri bukanlah asli dari kultur anime Jepang. Alice in Wonderland disebut-sebut sebagai cerita isekai pertama di dunia. Sementara, satu-satunya anime pemenang Oscar kategori best animation, Spirited Away, adalah anime pertama yang dikenal luas mengusung tema isekai

Monday, 21 January 2019

Kucing dalam Anime yang Satu ini lebih... Realistis

Doukyonin wa Hiza, Tokidoki, Atama no Ue.

Bukan, yang di atas itu bukanlah tiga anime berbeda. Itu adalah judul lengkap dari anime Doukyonin wa Hiza yang tayang di winter 2019 kali ini. 

Judul-judul besar sudah mempunyai basis fans sendiri pada musim ini, sebut saja Mob Psycho 100 2, Kakegurui xx, dan Date a Live III. Beberapa anime lain pula sudah ditunggu-tunggu karena source-nya juga sudah terkenal, seperti Dororo, Yakusoku Neverland, dan Gotoubun no Hanayome. Namun, bagi saya setidaknya, Doukyonin wa Hiza berhasil mencuri perhatian. Dan yang melakukannya adalah: kucing.


Kita sudah banyak disuguhi kucing dalam anime. kucing yang berbicara? banyak. Kucing yang punya kekuatan magis? sudah biasa. Kucing sebagai hewan peliharaan tokoh utama? ini juga sering ditemui. perbedaannya adalah, kucing-kucing tadi biasanya tak diberi sudut pandang. Karakter kucing yang diberi sudut pandang biasanya tokoh-tokoh magis yang bisa berbicara. Itu pun bukan benar-benar sudut pandang, melainkan hanya dialog atau narasi sebagai bagian plot cerita.

Doukyonin wa Hiza menceritakan seorang novelis yang memiliki sifat tertutup dan memiliki ketakutan pada orang lain. Selama ini ia menggantungkan ide-ide tulisannya pada buku-buku yang ia baca. Sampai suatu hari, ia menemukan kucing di makam orangtuanya. Anehnya, setelah membawa pulang kucing tersebut, ia mendapat banyak ide untuk menulis, berikut pula mendapat beberapa alasan untuk melakukan hal-hal yang tidak biasanya ia lakukan.

Sejujurnya, dengan premis semacam itu, saya merasa tidak ada yang istimewa. Ah, hanya slice of life biasa, saya pikir. Tetapi sepertiga akhir tayangan, sudut pandang cerita berubah pada sudut pandang si kucing. Dan ketika awalnya saya pikir si kucing akan berbicara dan bernarasi layaknya pikiran manusia, (seperti umumnya anime selama ini) ternyata tidak. Ia berbicara benar-benar dari sudut pandang seekor kucing! Maksudnya, ia tidak mengerti apa yang tokoh utama lakukan, ia hanya ingin makan, ia tak berpendapat ini-itu seolah karakter kucing tersebut mempunyai pemahaman seperti manusia. Ia benar-benar menjadi kucing. Dan hal ini sangat manis.

Sebenarnya karakter kucing yang seperti ini juga ada pada anime lain, 3-gatsu no Lion. Akan tetapi, di sana kucing-kucing tersebut hanya sempalan cerita dan narasinya pun terbatas beberapa kata saja. Entahlah di anime atau manga lain mungkin juga sudah ada, yang jelas penggabungan dua sudut pandang antara manusia dan kucing di anime baru kali ini saya lihat, dan ini membuat Doukyonin wa Hiza menjadi menarik untuk diikuti. Baru tayang dua episode dan mendapat nilai 7,50 di MyAnimeList (20 Januari 2019), saya rasa anime ini akan menjadi slice of life yang baik untuk musim, atau tahun ini.