Friday, 25 January 2019

Isekai lagi, isekai lagi!



Isekai merupakan salah satu genre anime yang ramai dalam sepuluh tahun terakhir. Isekai adalah genre anime yang menceritakan tokoh-tokohnya  berpindah ke dunia lain, seperti game, dunia fantasi, dunia hantu, dan sebagainya. Sejarah isekai sendiri bukanlah asli dari kultur anime Jepang. Alice in Wonderland disebut-sebut sebagai cerita isekai pertama di dunia. Sementara, satu-satunya anime pemenang Oscar kategori best animation, Spirited Away, adalah anime pertama yang dikenal luas mengusung tema isekai
.
Dengan semakin digandrunginya tema ini, berbagai studio berlomba-lomba mengadaptasi cerita isekai. Kesemarakan isekai sendiri lebih banyak terpusat pada medium light novel. Entah kenapa, di dunia manga tidak banyak karya-karya orisinal yang menampilkan genre isekai, malahan kebanyakan hanya adaptasi dari light novel yang sudah terkenal. 

Gelombang masif anime isekai mulai disenangi pasar pada tahun 2012, setelah satu anime begitu booming  di pasaran: Sword Art Online (SAO). SAO berfokus pada petualangan Kirito, seorang anak yang terjebak dalam konsol game dan bertekad menyelesaikan game Sword Art Online agar bisa kembali ke dunia nyata.. atau yah begitulah setidaknya rencana awal ceritanya. 

Setelah kesuksesan SAO, seri-seri anime sejenis mulai berani digarap oleh banyak studio. Isekai pun mulai menggeser genre-genre yang mendominasi pada awal 2000-an seperti fantasy, school life dan romance. Judul-judul seperti Log Horizon, Overlord, No Game No Life, Konosuba, Re:Zero menjadi pemicu ratusan anime isekai lain untuk muncul setiap tahunnya. Dan sejujurnya, kebanyakan dari judul-judul tersebut memiliki kualitas sangat buruk. Dengan hadirnya ratusan seri dengan tema yang sama, tentu sulit bagi satu cerita baru untuk menonjol. Karena itu, beberapa cerita isekai mulai menyiasatinya dengan bumbu lain: ecchi, harem, atau fetish yang tak masuk akal. Contoh yang paling parah, seorang pria yang masuk ke dunia lain untuk sebanyak-banyaknya menghamili perempuan untuk menciptakan pasukan magis. Ya, plot sampah semacam ini ada dan sudah diadaptasi menjadi anime. 

Namun tentu saja, ada anime isekai yang memiliki kualitas sangat bagus, tanpa bumbu-bumbu fanservice, baju minim, atau cerita-cerita seksual inuendo. Re:Zero menjadi contoh yang sangat bagus, dengan tokoh yang –entah bagaimana ceritanya- sehabis pulang dari indomaret swalayan terhisap menuju dunia fantasi. Disana, Subaru sang tokoh yang tak memiliki kekuatan apa-apa tak sengaja terlibat dalam pertempuran, dengan keuntungan bisa mengulangi hidupnya berkali-kali bila ia mati. Dengan premis yang simpel, Re:Zero justru tidak terfokus pada action dan fantasi, cerita pertarungan mental Subaru pada orang-orang yang ia temui, yang ia sayangi, dengan karakter yang harus hancur berkali-kali namun ia terus hidup kembali, menjadikan Re:Zero lebih bernilai dari sekedar bertarung dengan kekuatan magis. Untungnya pula, sisi action dari Re:Zero juga digarap sangat apik. 

Untuk season winter ini, ada serial Tate no Yuusha yang (lagi-lagi) merupakan adaptasi dari light novel. Namun, saya berharap banyak pada judul satu ini. Mengusung tema from hero to zero to hero, setidaknya si tokoh utama tidak menyebalkan dan tidak ada tanda-tanda adanya fanservice laknat di dalamnya. Atau belum? Entahlah.

Menilik dari sisi psikologis, mungkin bisa dikira-kira mengapa isekai begitu laku, baik di Jepang maupu di seluruh dunia. Anime adalah mimpi indah masyarakat Jepang. Ada anekdot yang terkenal bahwa besarnya mata dalam tokoh anime mencerminkan bagaimana orang-orang Jepang begitu ingin memiliki fitur wajah seperti dalam tokoh-tokoh fiksi tersebut. Termasuk pula rambut berwarna-warni, rambut berbagai model, serta seragam warna-warni. Namun anime-anime dengan penampilan tokoh semacam itu tidak begitu bertahan lama, mungkin hanya sekitar periode 2000-2010. Semakin kemari, anime justru dibuat dengan fitur fisik lebih realistis. Akan tetapi, mungkinkah mimpi masyarakat Jepang juga telah berubah? Tentu kita sudah akrab bahwa Jepang merupakan negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi di dunia akibat dari tekanan mental untuk mendapat pekerjaan, atau lelah karena rutinitas, atau stres akibat kesendirian. Tidaklah aneh bila kemudian orang-orang menyenangi cerita-cerita dimana tokoh yang memiliki latar belakang seperti mereka bisa memiliki hidup baru dengan kekuatan lebih dan lingkungan fantasial. Kenyataannya, tokoh-tokoh utama dalam anime isekai lebih didominasi oleh NEET (Not in Employment, Education or Training alias pengangguran akut), atau orang-orang yang memiliki masalah dalam kehidupan nyata. Isekai menjadi mimpi indah bagi penggemarnya, dan membuat orang-orang berpikir bahwa pecundang pun punya kesempatan menjadi raja.

Sayangnya, apakah mimpi ini sehat? Tentu tidak. Berangan-angan masuk isekai mungkin sama bodohnya seperti memimpikan punya kekuatan super saiyan atau devil fruit-nya One Piece. Asal bisa menyerap hiburannya, dan menyaring pesan-pesan baiknya, tentu menonton atau membaca anime-anime isekai akan tetap menarik, dengan catatan bukan isekai konyol dengan cerita murahan. Apakah genre isekai akan terus berjaya bertahun-tahun ke depan? Bisa iya, bisa tidak. Berhubung jaman terus berubah, tema-tema baru atau lama bisa saja menjadi mimpi lain yang kemudian digemari.




No comments:

Post a Comment